Minggu, Desember 28, 2008

mimpi si pemalas


mimpi si pemalas, adalah cerpen kedua dalam buku nyanyian pipit. selanjutnya, akan saya posting beberapa cerita pendek lain yang pernah diterbitkan. semoga bermanfaat







MIMPI SI PEMALAS
"Vira, ayo bangun Nak! Hari sudah siang. Ayo segera shalat Subuh! Tuh, ayam jantan udah berkokok. Masak kalah ama ayam!" Teriak Ibu membangunkan Vira. Yang dibangunin masih enak-enakan tidur sambil sesekali menarik selimut menutupi tubuhnya yang kedinginan. "Vira, ayo bangun Nak! Kalo nggak bangun, nanti telingamu dikencingi Setan lho!" suara Ibu semakin keras terdengar. Vira masih ogah-ogahan. Bahkan menutupi wajahnya dengan selimut. "Vira, bangun Nak!" Teriak Ibu jengkel. Ditariknya selimut Vira. "Ehmmmm, masih dingin, Bu! Vira malas!" jawab Vira seenaknya. "Ayo bangun! Apa mau Ibu siram pakai air!" Ancam Ibu sambil menarik tangan Vira. Kali ini Vira tak dapat mengelak. Dia paling takut bila disiram air, apalagi udara pagi sangat dingin mencekam. Mau tak mau akhirnya dia bangun juga. Disibaknya selimut dengan rasa malas. Lalu pergi ke kamar mandi, menggosok gigi, berwudhu, dan shalat subuh.
Selesai shalat Subuh, Vira kembali lagi ke kamar dan menghempaskan tubuhnya di bawah selimut. "Alangkah enaknya bila tidur lagi!" bisik hatinya menggoda. "Uuuuuuh, rasanya masih mengantuk. Biar aja Ibu marah-marah. Toh aku gak akan mendengar teriakannya, bila sudah tertidur!" bisik hatinya lagi. "Tapi, hei…bukankah aku mesti sekolah hari ini? Nanti kalau ayah udah pulang dari luar kota, pasti akan marah-marah bila tahu aku membolos gara-gara ketiduran!" berontak hatinya yang lain. "Ah, itu urusan nanti. Yang penting sekarang enakan tidur! Sekali-kali membolos gak masalah!" goda hatinya lagi. Akhirnya dia pun tertidur pulas. Beberapa kali suara Ibunya yang berusaha membangunkannya masih terdengar, namun lambat laun samar-samar dan bahkan tak terdengar sama sekali di telinga Vira.
Melihat kelakuan Vira, Ibunya tak mampu berbuat apa-apa lagi. Berulang-kali dia telah berusaha membangunkan dan menasehati putrinya itu, namun tak dihiraukan sama sekali. Dia pun sudah bosan melihat kemalasan Vira. Akhirnya dibiarkannya Vira tertidur.
Vira semakin pulas tertidur. Di bawah selimut tebalnya, dia merasa sangat nyaman dan hangat. Namun tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah suara yang tertawa mengejeknya. "Hi…hi…hi…hi…!Vira, bangun! Hi…hi…hi…hi! Apa kamu tidak malu pada kami. Lihatlah kami saja sudah bangun dan mencari rezeki. Orang yang bangun siang itu susah rezekinya." Vira pun membuka mata dan mencari sumber suara. Ternyata semut-semut kecil telah berbaris rapi di meja belajarnya sambil berbondong-bondong mengangkut potongan-potongan roti jatah sarapannya pagi itu. Ibunya sengaja meletakkan roti itu di atas meja belajarnya. Sesaat Vira terhenyak melihat semut-semut itu. Ingin rasanya dia marah dan membunuh semut-semut yang telah menghabiskan rotinya. Namun selimut tebalnya seakan-akan mengikat erat kaki dan tangannya hingga dia tak mampu bergerak. Akhirnya dia pun terkulai dan tertidur lagi.
Beberapa saat kemudian Vira dikejutkan lagi oleh sebuah suara. "Vira, bangun! Vira Bangun! Apa yang kamu dapat dari tidurmu. Apa kamu sudah bosan ke sekolah dan belajar menuntut ilmu. Apa dengan tidurmu itu, kamu bisa mendapatkan rumah mewah seperti yang kami punya. Lihatlah, sepagi ini saja kami sudah bangun dan membuat rumah yang indah untuk anak-anak kami!" kata suara itu terngiang-ngiang di telinga Vira. Vira pun membuka matanya dan mencari sumber suara. Ternyata suara itu milik burung-burung yang sedang bertengger di atas pohon di samping jendela kamarnya. Dilihatnya burung-burung itu sedang tertawa-tawa mengejeknya sambil sesekali menunjukkan rumah barunya yang indah. Diamatinya sekali lagi rumah burung-burung itu. Ternyata burung-burung itu telah membangun rumah dari seragam sekolahnya. "Hei, Burung sialan! Kembalikan seragamku!" Teriak Vira geram. "Bukankah kamu sudah malas pergi ke sekolah dan tak memerlukan lagi seragammu?" jawab burung sambil tersenyum sinis. "Kembalikan seragamku. Kalau tidak kubunuh kalian!" teriak Vira sambil beranjak bangun dari tempat tidur. Namun lagi-lagi selimut tebalnya terasa mengikat dan menjerat kakinya erat-erat. Vira kembali terkulai lemas dan akhirnya tertidur lagi.
Sesaat kemudian, Vira dikejutkan lagi oleh sebuah suara. "Vira, bangun! Vira, bangun! Ayo kita bermain-main dan bersenang-senang. Bukankah kamu suka bermain bersama kami?" teriak suara itu. Vira pun membuka mata. Dilihatnya banyak tikus di bawah kolong tempat tidurnya. Tikus-tikus itu saling berkejaran sambil menggigit-gigit sepatu sekolah Vira dan mencabik-cabik buku-buku pelajarannya. "Ha..ha..ha..ha..ha!" Tikus-tikus itu tertawa sambil sesekali menarik-narik selimut di ujung kaki Vira. Vira menjerit-jerit ketakutan, namun tak seorang pun mendengar jeritannya. "Tolong! Toloooooooooong! Pergi kamu Tikus sialan. Kembalikan buku-buku dan sepatuku!" Teriak Vira sekuatnya. Tikus-tikus itu tidak jua pergi, bahkan mengerubuti Vira, seakan-akan ingin mengajaknya bermain. Vira semakin ketakutan. Dia berusaha bangkit, namun tubuhnya terasa berat. Selimut tebal yang menutupi tubuhnya semakin melilit kencang. Dia pun kembali terkulai lemas dan pingsan tak berdaya.
Vira masih tak sadarkan diri. Tiba-tiba terjadi hentakan keras seolah-olah gempa bumi. Kamar tidur pun terasa bergoyang-goyang. Vira terbangun kaget. Dia berusaha membuka mata lebar-lebar, namun kedua matanya terasa berat dan lengket. Dirasakannya ranjang tidur pun turut bergerak-gerak, bahkan bergeser dari tempatnya semula. "Apa yang telah terjadi? Kenapa ranjang ini bergerak sendiri?" tanyanya dalam hati. Vira menjadi takut. Ingin rasanya dia bangkit dan turun dari ranjang serta berlari sekuat tenaga. Namun dia pun tak berdaya, seakan-akan memang tubuhnya telah melekat kuat di atas kasur ranjangnya.
Vira terus berusaha bangkit, namun semua hanya sia-sia. Ranjang tidurnya terus bergeser, bahkan berjalan sendiri hingga keluar kamar dan melewati ruang tamu. Dilihatnya Ibunya sedang duduk di ruang tamu sambil menyulam baju. "Ibu, tolooong!" Teriak Vira sekuat tenaga. Namun Ibunya tak mendengar teriakan Vira. Dia masih saja asyik dengan sulamannya. "Ibu, tolooong Vira! Maafkan Vira, Bu!" Teriak Vira berkali-kali, hingga suaranya habis. Tenggorokannya terasa kering, namun Ibunya tetap saja tak bergerak untuk menolongnya. Ranjang tidur terus bergerak dan membawa Vira keluar rumah, hingga melewati jalan raya. Orang-orang pun memandang Vira keheranan. Sebagian mereka terbengong-bengong, dan sebagian yang lain tertawa-tawa mengejek. Vira sangat malu dengan mereka. Dia berusaha bangkit, namun tetap saja tidak berdaya. Ranjang tidur terus berjalan dan membawanya berkeliling kota. Kemudian saat melewati sekolah Vira, Ranjang tidur itu berhenti sejenak. Melihat kejadian aneh itu, para guru dan teman-teman sekolah Vira keluar dari kelas. Mereka melihat Vira yang sedang tergolek di ranjang tidur dengan selimut tebal dan baju serta rambut yang acak-acakan. "Ha…ha…ha…ha…ada ranjang tidur berjalan!" teriak teman-teman Vira sambil tertawa mengejek. "Lihatlah, anak-anak! Inilah contoh anak yang pemalas dan tidak mau bangun pagi! Ranjang tidurnya yang akan mengantarkannya ke sekolah! Karena itu jangan malas bangun pagi!" kata salah seorang guru. Mendengar kata-kata guru tersebut, Vira menangis karena malu. Dia ingin bangkit dari ranjang tidurnya dan mengakui kesalahannya. Namun lagi-lagi dia tak berdaya. Ranjang tidurnya kembali berjalan dan bahkan membawanya sampai ke sebuah hutan yang penuh dengan semak belukar. Ranjang terus berjalan tanpa perduli dan menabrak pohon-pohon lebat yang ada di depannya, bahkan semakin kencang dan kencang. Vira berteriak-teriak ketakutan. "Duuuuug…broooog, dum..dum!" Akhirnya Vira jatuh terlempar.
Kali ini Vira benar-benar terbangun dari tidurnya. Dia telah jatuh dari ranjang tidurnya. "Aduuuuuuuuuuh….!" Ucapnya kesakitan. Ibunya yang mendengar suara benda terjatuh segera menghampirinya. "Hu…hu…hu!" Tangis Vira dalam pelukan Ibunya. "Sudah…sudah! Ayo lekas bangun, mandi dan berbenah! Sekarang sudah jam 6.30. Nanti terlambat ke sekolah!" Kata Ibu menenangkan. "Tadi Vira mimpi yang sangat mengerikan. Hu…hu…hu…!" Tangis Vira semakin keras. "Makanya jangan suka tidur lagi sehabis shalat Subuh. Tidak baik bagi kesehatan!" Kata Ibu kembali menasehati. "Maafkan Vira, Bu! Selama ini Vira sudah tak menghiraukan nasehat Ibu untuk bangun lebih awal. Pokoknya mulai besok Vira nggak akan bangun siang lagi. Sehabis Subuh, Vira akan belajar lagi dan membantu Ibu!" Kata Vira berjanji. "Syukurlah, kalau begitu! Ibu senang mendengar semangatmu! Semoga kamu bisa melaksanakannya." Kata Ibu sambil tersenyum.
Hari-hari berikutnya Vira benar-benar telah mengubah kebiasaannya. Dia tak lagi malas dan ogah-ogahan bangun pagi. Melihat perubahan itu, ayah dan ibunya pun semakin sayang padanya.

diposting oleh anggota gas cirebon

Tidak ada komentar: