Rabu, September 02, 2009

HERCULES STEAM LOCOMOTIF 150 PK



Nah kalo yang satu ini memang hanya di lingkungan Pabrik Gula saja yang bisa menikmatinya, sejak pabrik berdiri kurang lebih kisaran tahun 1890 an, salah satu alat transportasi pengangkutan tebu adalah Steam Locomotif, ada beberapa locomotif di indonesia, buatan belanda, jerman inggris, dan amerika, nah teman-teman pasti lebih familier kalo ingat punyaknya PG. Pagotan, kalo untuk yang saya muat satu ini adalah lokomotif punyaknya PG. Semboro jember. Saat sekarang ini hanya beberapa Pg. yang masih memanfaatkan tenaga lokomotif untuk menarik tebu dari kebun, hal ini bukan karena tenaga perawatanya yang tidak mampu atau sukucadangnya yang tidak ada akan tetapi bahan bakar ampas tebunya yang semakin sulit didapatkan, Dilingkungan PTP N XI (Persero) lokomotif yang masih beroprasi adalah PG. Redjosari, Purwodadi, Pagotan, Semboro, dan Assembagoes. kalo kita lewat ke Pg. Pagotan mungkin sudah biasa melihat lokomotif yang sedang menari tebu, hal ini lain bagi mata orang-orang eropa dan jepang, setiap tahun mereka keliling untuk melihat lokomotif tersebut saat beroprasi, dan tentunya hal ini tidak geratis alias bayar, nah untuk sekali naik loko uap saat narik tebu dikebun setiap orang dikenakan biaya 4 Us dollar. memang mahal tetapi perlu diingat kalo kita ingat saat presiden Habiby memberi kanserlir jerman th 1998 lokomotif bekas Pg. Gending, nah sekarang dijerman sana jangankan untuk naik , melihat saja kita sudah harus membayar. Tapi jangan kawatir kalo teman-teman ingin membuat koleksi kenangan bersama Michael Hanggello 1940 150 Pk. saya siap mengantarkan dan gratis tentunya. BY NORM

Kamis, Agustus 13, 2009

ANAK PLAT TERORIS




Benarkan Ibrohim, Noor Din Mohamad Top, dan sejumlah deretan nama lain yang ditangkap Detacement Khusus Anti Teror 88 benar-benar teroris? Jawaban atas pertanyaan itu, mungkin sudah banyak kita simak di media televisi, maupun kita baca di media cetak. Bahkan peran, posisi, aliran dana, jaringan, sel dan sebagainya, sudah gamblang diterangkan oleh Mabes Polri.

Yang saya tahu lebih soal teroris ini , bukanlah orang Malaysia itu. Ibrohim. Itulah nama terakhir yang mencengangkan kita akhir-akhir ini. Peran dan posisi Ibrohim sudah dipaparkan Mabes Polri akhir-akhir ini.

Peran sebagai perencana, penentu sasaran dan sebagainya, bahkan sebutan jendral lapangan bom Mega Kuningan, dianugerahkan kepada bapak 4 anak ini. Sejak Ibrohim menghilang setelah peledakan, saya lebih intens mengikuti keluarga ini. Sucihani, mempunyai 4 orang anak buah cintanya dengan Ibrohim. Anak pertama adalah Shobryna, Nisrina Adhiya, Ismail Dhiya Ul haq, dan terakhir adalah M Ishaq Samudra yang baru berusia 5 bulan.

Beberapa kali saya melihat, Ismail berlari-lari dari mobil jemputan sepulang sekolah, menghindari wartawan yang ‘gelo’ menunggu di sekitar rumah Sucihani di Desa Sampora, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Tentang Ismail juga, saya pernah mendengar ejekan dari temen-temen sekolahnya di SD Kaliaren Cilimus. “Anak teroris”, begitu ejek teman-temennya.

Setelah diumumkan oleh Mabes Polri, bahwa pria tewas di Beji, Kedu, Temanggung adalah Ibrohim, keluarga hendak berangkat ke Jakarta, mengukuti pemakaman Ibrohim. Jenazah Ibrohim, sempat ditolak dimakamkan di Desa Sampora. “Mempermalukan warga, dia kan teroris”, kata Nur Rohidin kepala desa Sampora.

Saya melihat, bagaimana raut muka Sobryna, yang sat itu dijemput dari sekolah menggunakan sepeda motor. Anak berusia 12 tahun itu tertunduk setengah berlari membelah kerumunan warga dan wartawan yang sejak pagi mengerumuni rumahnya. Wajahnya terlihat takut, dan grogi. Meski begitu beberapa wartawan terlihat nekad mengambil gambar. Kasihan….

Sekitar 20 menit kemudian, 6 anggota keluarga menuju mobil untuk membawa mereka ke Jakarta. Asenih, mertua Ibrohim, Rahayu, kakak ipar Ibrohim, serta 4 orang anak Ibrohim. Bahkan Ishaq yang digendong, harus berdesakan diantara kerumunan wartawan.

Mereka berjalan tergesa-gesa menunduk, sekan malu (menanggung beban predikat Ibrohim sebagai teroris).

Sejenak, saya berpikir, bagaimana jika mereka adalah anak-anak kita? Bagaimana kehidupan mereka kelak setelah ditinggal bapaknya? Bagaimana mereka menangggung beban yang tidak mereka perbuat?

Wallohu a’lam bish showab…

Adieb Ahsani

Sabtu, Agustus 01, 2009

Wisata Tempo dulu



Sudah menjadi tradisi di Pabrik Gula setiap menjelang awal giling maka pabrik akan mengadakan kegiatan kegitan salah satu diantaranya jelan santai bersama masyarakat sekitar dan muspika, hal ini untuk mempererat tali persaudaraan, nah untuk itu mungkin kita keluarga Gas92 dan alumnus smu geger yang lain bisa mengadakan acara yang lain, mungkin kita mengadakan acara keluarga ditempat yang kita tentukan (tidak harus dimadiun). untuk itu aku memperkenalkan Padjarakan yang mempunyai banyak tempat wisata diantaranya: wisata arung jeram jarak hanya 3 km (itu lho punyanya ajie masaid), atua wisata manceng mania jarak kelaut hanya 2 km, atau wisata telusuri hutan bagi mereka yang ingin berpetualang sampai tersesat. aku di probolinggo bersama mas awin biologi (PLTU Paiton) siap mengakomodirnya. ok salam buat semua teman-teman anggota

Kamis, Juli 09, 2009

cirine wong mediun












Cirine Wong Mediun

Berikut ini daftar kriteria orang mediun dalam versi jowo :

* Esuk sarapan sego pecel ngombe wedang kopi, awan mangan sego pecel ngombe es cendol, bengi mangan pecel ngombe teh manis.
* Sing perantauan, nek mudik sing digoleki sego pecel, angger balik nyang rantau sangune lempeng entah ambek sambel pecel.
* Nek bengi senengane ngopi nyang ngarep stasiun (warunge ujang).


* Plesirane nang nDungus, Sarangan utawa Ngebel, adoh-adohe nang Popoh.
* Nesu nek diarani turunan PKI.
* Pelawak favorite Kirun.
* Nek tanggal enom blanja utawa cuci mata nyang Sri Ratu / Matahari / President Plaza.
* Numpak angkutan umum jarene nunggang Colt, padahal gaweyan Toyota, Daihatsu utawa Suzuki.
* Nek kaget, aloke " Biyuh, biyuh...jegeg men ! "
* Ngarani bakwan jare " heci ", nyebut toge jare " gantheng "
* Ketemu nyamuk gede-gede alok " jingklonge saemblag-emblag "
* Cilikane seneng nyolong tebu pabrik, nganti ketangkep mandor.
* Angger numpak sepeda montor mesti Honda, contone Honda Yamaha, Honda Suzuki, Honda Kymco
* Gendheng utowo tembok omahe dilabur putih-biru ono tulisan "AAPIK" yen ora "Madiun Bangkit"
(sumber: madiun.info)
di-upload gas cirebon

Senin, Mei 18, 2009

Reuni GAS92 wil Jabodetabek



Alhamdulillah, kami member GAS92 Jabotabek akhirnya bisa ngumpul2 juga di TMII, Minggu 10 Mei 09. Setelah direncanakan sekian lama, namun karena kesibukan dan aktifitas members yg cukup padat, akhirnya kesampaian juga.

Sambil menikmati masakan Jawa Timur-an, seperti pecel Madiun, rujak cingur, gado-gado, peyek dll. Tak ketinggalan diiringi alunan lagu-lagu campursari dan juga reog Ponorogo, kebetulan saat itu sedang ada gelar budaya.

Kami ngobrol dengan Bapak-Bapaknya, sdgkan Ibu-Ibu dan anak-anak asyik dengan dunianya..

Berikut beberapa hasil jeperetan kamera amatiran saya. Monggo di nikmati..

Darmawan

Senin, Februari 16, 2009

Sepedahan...kebiasaan lama yang mengasyikkan













kring kring kring ada sepeda...
sepedaku roda dua...
kudapat dari ayah...
karena rajin sekolah...

lagu anak yang cukup populer ketika aku masih kecil, seakan mengingatkanku ke masa lalu. yups...ketika kendaraan bermotor belum berjubel seperti sekarang, sepeda merupakan alat transportasi yang murah dan menyehatkan. dulu ketika aku masih sekolah baik smp maupun sma sepedahlah yang senantiasa menemaniku ketika aku berangkat dan pulang. dan ditempat parkir pun sepeda yang dominan, namun sekarang kondisinya terbalik, tempat parkir penuh dengan motor.
di saat isu global warming mulai menghantui kehidupan makhluk di bumi ini banyak yang mulai sadar akan dampak negatif dari kendaraan bermotor. sebagian orang pun mulai kembali naik sepeda baik untuk ke tempat kerja atau lebih dikenal bike to work, olah raga, atau hanya sekedar gaya-gayaan/gengsi ikut tren yang mulai ngetren (aku termasuk ini kali....hehehe) di kalangan masyarakat khususnya di perkotaan. sehingga bermunculanlah club-club sepeda, termasuk di lingkungan perusahaanku yaitu TCC (Telkom Cycling Club).
berawal dari info kegiatan rutin yang diadakan TCC di madiun dan kebetulan pas pulang kampung aku mencoba bergabung dalam kegiatan tersebut. berbekal sepeda lawas 'federal' pinjam kangmas yang di madiun aku nekat ikut nggenjot ke kresek terus ke grape. hhhmmmm...kenangan pertama bersepeda naik gunung yang mengesankan, masuk hutan, sungai, menuntun sepeda karena tidak kuat, dsb.
bersepeda apalagi beramai-ramai sungguh mengasyikkan, selain berolahraga juga refreshing, bersenda gurau dsb.

Jumat, Februari 13, 2009

indonesia raya

G45, milis, telkom flexi, 3 kata yang tiap hari muncul dalm jumlah ratusan dalm hp cdma ku merk nokia type 1508 seharga 780 ribu,
mahal untuk ukuranku PNS IIIa dengan gaji sebulan tidak lebih dari 2 juta, dengan seorang istri 3 orang anak yang dua masih nyedot ASK alias air susu kaleng yang harganya telah beberapa kali naik,
tapi.... harga itu tidak ada artinya dibanding kebahagiaan, rasa senang yang dapt aku rasakan, ditengah dilema kejiwaan antara kebutuhan hidup, tugas dan kewajiban serta jeritan hati nurani...
tombo stes label yang sempat aku sematkan pada milis G45, memang kenyataannya di situ merupakan rumah sakit jiwa, pengobatan atas keletihan rohani karena dilema hidup ini,
manakal kembali pada tugas yang aku kerjakan, disitu berkutat dengan semua warna dunia saat ini, penuh kepalsuan, pura-pura, topeng, dan apalgi namanya pokok sejenis lawan kata, dimana dibilang tidak ada kenyataannya ada, dibilang bersih nyatanya penuh dengan daki, dibilang bermoral nyatanya jauh dari moral kemanusiaan.

jangan bingung ini celoteh orang sakit jiwa...orang sakit jiwa bebas, bebas ngomong, bebas ngomel bebas tidak berpakaian bahkan bebas hukum, jadi orang yang karena sesuatu hal bebas hukum dapat disamakan dia sakit jiwa.

dari milis G45 aku temukan pencerahan, meski lewat sentilan yang di urai dengan senda gurau ternyata ada Tombo Ati, dimana aku menjadi tenang, bisa ketawa dan nyengir, dapat temukan prinsip hidup...dan hal-hal positif menurut ukuranku.

disuatu kantor yang menjadikan maju tidaknya negara, ambruk tidaknya negara satu generasi mendatang.....menurut gambaran orang sakit jiwa seperti aku ini, yang seharusnya menjadi harapan kita ternyata.......
st..st..st... ada wartawan....

potongan, pengaturan, pemal..jingan...hehehehe, intimidasi, yang seharusnya mudah dibikin sulit, dan semua yang berkonotasi negatif...(pancen negatif)

mengapa judul banyolanku ini indonesia raya?
hanya satu kantor, dari satudaerah yang nota bene masyarakatnya dah kritis masih bisa dibohongi apalagi daerah lain, maaf yang tertinggal, dan itu terjadi hampir di seluruh kantor di daerah dan hampir di seluruh indonesia.....
(gak percoyo takok o bendol)

dan yang membuat aku sakit jiwa aku merupakan aktor yang menjadi bagian dari lakon konyol itu......meski peran pembantu atau sebatas cameo (salah po bener tulisane?)

apakah kamu tidak sakit jiwa bila menjadi aku?
pada awalnya berjalan dengan baik, demi hal-hal mulia, untuk orang-orang yang benar-benar membutuhkan... hingga aku dengan guyonan berusaha menghitung pahal yang akan aku terima dari Tuhanku karena aku telah berusaha mengakomodasi dan menjembatani kebutuhan dan kepentingan kaum terpinggirkan, orang-orang sangat mebutuhkan, untuk kemajuan, untuk...untuk hal-hal yang mulia...

diamput.... ternyata. pada tingkat pelaksanaannya, hanya mempertebal topeng, bedak dan ginju sehingga benar-benar indah namun wajah asli hilang tak karuan.....

semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahanku....
(bersambung)
G45 kediri yang lagi sakit jiwa

Kamis, Februari 12, 2009

memahami "perang" dalam benak anak


Suatu siang, saat itu aku sedang menyaksikan acara berita di pesawat televisi. Saat itu sedang ramai-ramainya pemberitaan agresi militer Israel ke Palestina. Sudah lebih dari 600 orang mati akibat serangan biadab itu. Hampir semua stasiun televisi gencar menyiarkan berita itu, segencar Israel terus menggempur Palestina.

Sambil tiduran di depan televisi, tiba tiba anakku yang berusia 4 tahun menyelutuk.
"Ayah, Israel itu nakal ya", ujar Faiq tanpa kuduga.
“Itu banyak yang mati ditembak, anak-anak juga mati” sambungnya.

Memang, gambar yang keluar adalah anak-anak yang sudah menjadi mayat digotong, puing-puing bangunan yang berserakan, porak poranda.

Aku diam tak segera menyahut apa yang dilontarkan anak sulungku itu. Dalam hati, dari mana anak ini bisa berkomentar tentang konflik puluhan tahun yang hingga kini tak ada penyelesainnya.

“Ya….” jawabku menunggu komenter apa yang bakal meluncur.
“Israel itu nakal, jahat…” sambungnya.

Aku hanya berpikir, mungkin pemberitaan yang sedang ramai itu, direkam dalam otaknya. Atau istriku memberi pengertian tentang apa yang sedang terjadi di jalur Gaza itu.

Dalam hatiku, bagaimana dalam seusia itu, bisa memahami makna nakal atau jahat. Ataukah ia hanya memaknai nakal dan jahat seperti makna saat teman-temannya memukul dirinya, merobek kertas miliknya, atau merebut makanan ringan miliknya…..

“Kenapa sih yah, anak-anak itu mati ditembak?” tanya Faiq.
“Itu namanya perang” jawabku singkat.

Lalu dengan berusaha memahami pola pikir seusianya, aku mencoba memberi pengertian tentang apa itu perang, Israel dan Palestina dan Gaza. Walaupun aku yakin ia tidak akan mengerti seperti yang kuharapkan.

Sejenak aku sadar, memberi pengertian kepada anak-anak tidak bisa disamakan dengan memberi pengertian kepada orang dewasa. Paling tidak kita harus memehami pola piker, cara berpikir mereka.

Hmmm… mungkin inilah tugas berat yang kadang tidak disadari oleh kita para orang tua. Memahami pola pikir dan cara berpikir mereka. Dan jika saja hal ini tidak disadari saat kita mendidik anak, mungkin anak-anak kita nanti akan lebih jahat dari pada kita, lebih bengal dari pada kita, lebih tersesat dari pada kita.

Mungkin ini sekelumit renungan yang perlu disadari sedini mungkin.

Renungan ringan dari cirebon.

latah tapi jangan dibalik

Selain lembaga pemerintahan, kebiasaan singkat menyingkat juga berlaku untuk tag line suatu daerah. Solo Berseri, Jogja Berhati Nyaman, Temanggung Bersenyum, Cilacap Bercahaya,
semuanya adalah singkatan. Juga untuk menyebut suatu kawasan, yang katanya akan menjadi suatu kawasan yang unggul dan berkembang. Bermula dari Jabotabek, eh sekarang Jabodetabek.
Muncul pula Gerbangkertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya , Sidoarjo, Lamongan), Barlingmascakeb (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Kebumen), Pawonsari Bakulrejo (Pacitan Wonogiri Wonosari, Bantul, Kulon Progo, Purworejo), atau Joglosemar (Jogja Solo Semarang).

Beruntung tidak ada yang membalik urutannya menjadi Semarang Solo Yogya, disingkat menjadi Semar Loyo.Mungkin di masa mendatang akan muncul juga Dibalang Sendal (Purwodadi, Batang, Pemalang, Semarang , Kendal), atau Kasur Bosok (Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali, Solo, Klaten).

Asal jangan Susu Mbokde (Surakarta , Sukoharjo, Mboyolali, Kartasura, Delanggu) atau Tanteku Montok (Panjatan, Tegalan, Kulwaru, Temon, Toyan, Kokap).

Anak-anak muda Jogja tidak kalah kreatifnya untuk ikut-ikutan menyingkat nama tempat.. Sebut saja Amplas untuk Ambarukmo Plaza , atau Jakal (Jalan Kaliurang), Jamal (Jalan Magelang). Kalau sampeyan sekolah di SMA 6, bisa nyombong kalau sampeyan sekolah di Depazter alias Depan Pasar Terban.

Bahkan, dari pusat kota Jogja, sangat mudah untuk mencapai Paris(Parangtritis) , atau Pakistan (Pasar Kidul Stasiun alias Sarkem), bahkan Banglades (Bangjo Lapangan Denggung Sleman).

Sampeyan seorang yang enthengan, ringan tangan, suka membantu, ndak pernah menolak untuk dimintai tolong? Berarti sampeyan layak menyandang nama Willem Ortano, alias Dijawil Gelem Ora Tau Nolak.
Atau kalau sampeyan pinter omong, jualan obat, meyakinkan orang dengan omongan sampeyan yang nggak karuan bener salahnya, maka jangan marah kalau sampeyan dipanggil sebagai Toni Boster, alias Waton Muni Ndobose Banter.
(dari berbagai sumber) oleh gas cirebon

Jumat, Februari 06, 2009

Panen duren tlah tiba...







...
alhamdulillah wasyukurillah
bersyukur pada Mu ya Allah
indah dalam kebersamaan
hilanglah sebuah perbedaan
...

potongan syair lagu OPICK di atas rasanya pas sekali untuk menggambarkan persaudaraan kami sesama anggota GAS'92 SMAGER saat ini.setelah sekian lama lebih dari 2 windu kami berpencar bercerai berai tiada kabar beritanya. kini dengan semakin berkembangnya teknologi telekomunikasi dan informasi seakan telah menjadi penyambung dan perekat kembali rasa persaudaraan seakan kita berkumpul kembali seperti ketika kita masih lucu dan imut berbaju putih abu-abu (...tapi sekarang kayaknya tambah luuuucuu dan imuuuut deh...). setiap kali ada anggota GAS'92 yang mudik dapat dengan mudah terdeteksi, demikian juga ketika liburan sekolah beberapa waktu yang lalu beberapa anggota GAS'92 ada yang mudik. tentunya saja kesempatan ini tidak disia-siakan untuk bertemu dan silaturrahim.
liburan bertepatan dengan musim duren dan kebetulan ada undangan dari anggota GAS'92 yang punya kebun duren di lereng gunung wilis. jadilah hari ahad 25 januari 2009 kami berkumpul di rumah ET. hhhmmmm...begitu kami masuk rumah bau khas duren langsung menusuk ke hidung dari setumpuk duren yang sudah disiapkan.
setelah waktunya tiba untuk menikmati duren tanpa basa basi langsung saja diserbu...
hhhmmmm...nimatnya makan duren sambil berkumpul dengan teman lama
terimakasih pak ET sekeluarga atas undangan makan durenya, jazakumullah khoiron...

mbahyo

Rabu, Januari 14, 2009

SEMUT-SEMUT MERAH

Setiap kali pulang dari sekolah, Adri selalu bermain dengan teman-temannya di bawah pohon beringin yang rindang. Kadang mereka bermain kelereng dan kadang pula bermain petak umpet. Tak jarang pula mereka belajar bersama di tempat itu. Hawa yang nyaman dan angin yang semilir, membuat mereka betah berkumpul di tempat itu.
"Hei, teman-teman! Lihatlah ada yang unik di pohon beringin ini!" Teriak Adri menarik perhatian teman-temannya. "Ada apa?" tanya Ferdi penasaran. "Apanya yang unik?" tambah Deni dari belakang. "Lihatlah ada banyak semut merah yang berbaris di batang pohon. Awas! jangan sampai kita mengganggu mereka! Nanti mereka bisa menggigit. Kata ibu, gigitan semut merah sangat sakit! Lihatlah! Semut-semut itu selalu berbaris dengan rapi, berderet-deret dan merangkak dari akar pohon menuju puncaknya. Ada juga yang merangkak dari puncak menuju akar pohon. Setiap kali mereka berpapasan dengan sesama semut, mereka pun saling bersalaman satu sama lain, seolah mereka adalah saudara sekerabat," kata Adri panjang lebar. "Iya. Kata pak guru juga, kita tidak boleh mengganggu makhluk lain, meskipun itu hanya seekor semut yang kecil," kata Ferdi menirukan penjelasan pak guru di kelas. "Aku juga masih ingat saat pak guru bercerita tentang Nabi Sulaiman dan pasukannya yang hendak melewati segerombol semut. Nabi Sulaiman memerintahkan agar semut-semut masuk ke lubang tanah, supaya tidak terinjak oleh sepatu pasukan Nabi Sulaiman," tambah Deni yang sejak tadi hanya diam memperhatikan barisan semut-semut merah itu.
"Oh, ya. Ayahku pernah cerita tentang semut-semut merah. Apa kalian mau dengar, jika kuceritakan lagi?" tanya Adri kemudian sambil mengingat-ingat cerita ayahnya. "Iya…iya!" jawab Ferdi dan Deni serempak.
"Begini ceritanya…pada zaman dahulu ada segerombol semut merah yang hidup di bawah lubang pohon yang sempit. Pohon itu bercabang banyak dan berdaun lebat. Suatu hari semut-semut itu hendak mencari makanan untuk kebutuhan hidup mereka. Lalu mereka pun saling merayap dan bekerja sama mengangkut potongan kecil buah-buahan yang ada di atas pohon. Sedikit demi sedikit potongan buah-buahan itu mereka bawa menuju lubang pohon tempat mereka berteduh, sampai akhirnya menumpuk hingga hampir menutup lubang. Setelah rumah mereka penuh dengan persediaan makanan, mereka pun beristirahat. Mereka berpikir bahwa persediaan makanan itu akan dapat mencukupi kehidupan mereka selama musim kemarau, saat tak ada lagi pohon yang berbuah. Dengan demikian mereka dapat merasa nyaman dan tidak khawatir akan kehabisan makanan.
Akan tetapi suatu hari terjadi sebuah bencana. Di hutan, tempat tumbuh pohon yang menjadi rumah semut-semut merah itu, tersebar berita bahwa seekor singa telah mengamuk, dan memangsa hampir semua penghuni hutan. Bahkan juga menumbangkan pohon-pohon besar. Singa itu menjadi sombong dengan kekuatannya dan merasa dirinya sebagai raja hutan yang tak tertandingi. Seketika hutan itupun menjadi tempat yang sangat mengerikan bagi hewan-hewan kecil yang lain, tak terkecuali dengan semut-semut merah. Mereka selalu berdoa agar Singa itu tak membunuh mereka, dan merusak rumah, serta menghancurkan persediaan makanan mereka.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Singa pun datang ke tempat semut-semut merah. Ia meraung-raung di bawah pohon seraya menunjukkan taring-taringnya yang tajam. Setelah melihat ada segerombol semut merah di lubang pohon, Singa itu pun berkata dengan seram, "Hei, semut! Apa yang kaulakukan di dalam lubang yang sempit itu?" Semut-semut menjadi takut dan khawatir, bila singa akan menginjak-injak mereka dan merobohkan rumahnya. "Kami berteduh dari sengatan panas matahari dan menyimpan banyak makanan di lubang ini. Bila musim kemarau tiba, kami tidak khawatir lagi akan kehabisan makanan," jawab Semut tak berani berbohong. Mendengar perkataan semut-semut itu, Singa pun menjadi penasaran. "Makanan apa gerangan yang disimpan Semut-semut itu dalam rumahnya yang sempit?" tanya hati Singa. Kemudian ia bertanya lagi kepada Semut-semut dengan penuh selidik, "Bolehkah kutahu makanan apa yang kausimpan di dalam rumahmu? Aku lapar sekali." Semut-semut semakin ketakutan mendengar pertanyaan Singa. Dicarilah akal agar Singa itu tak menghancurkan rumahnya. Lalu semut-semut itu pun berkata, "Boleh, tapi ada syaratnya?" Singa semakin tak sabar. "Ayo, cepat katakan apa syaratnya?" Semut-semut kemudian berbaris di luar lubang pohon dan berkata, "Izinkan kami naik di wajahmu, agar saat matamu mengintip ke lubang ini, kami bisa menunjukkan di mana kami menyimpan makanan kami." Tanpa berpikir panjang Singa pun menyetujui. Semut-semut itu lalu naik ke tubuh Singa serta berkerumun di sekitar wajah dan kepalanya. Setelah itu Singa mulai mengintip ke lubang pohon. Ketika ia membelalakkan matanya ke lubang, semut-semut telah berpencar ke seluruh tubuh singa. Sebagian mereka ada yang menggigit tubuhnya, dan ada pula yang masuk ke telinganya. Singa pun menjadi panik. Ia tak dapat melihat lubang pohon dengan jelas. Bahkan tubuhnya terasa sakit semua akibat gigitan semut. Singa pun mengamuk membabi buta. Ia berlompatan ke sana ke mari hingga akhirnya kecapekan dan roboh ke tanah. Melihat hal itu, hewan-hewan di hutan yang semula bersembunyi saling berdatangan. Mereka mengerumi tubuh singa yang telah menjadi bangkai. Mereka pun berterimakasih kepada semut-semut merah atas segala jasanya."
"Wah, ternyata kita nggak boleh meremehkan makhluk yang kecil ya!" kata Ferdi setelah Adri bercerita. "Ya, mereka hanya kecil tubuhnya, tetapi sebenarnya mereka banyak memberi kita pelajaran. Allah telah menciptakan semua itu, agar kita dapat mengambil hikmah darinya," jawab Adri.
"Oh ya, tadi kita kan mau mengulang pelajaran matematika? Aku belum paham dengan penjelasan pak guru di kelas tadi!" kata Deni mengingatkan tujuan semula mereka berkumpul di bawah pohon beringin itu. "Berulang kali aku telah mengerjakan soal matematika ini, tetapi belum juga aku bisa mengerjakannya. Uh, rasanya sudah jemu aku belajar matematika. Lebih baik untuk sementara kita lupakan saja matematika. Bermain kan lebih asyik. Apalagi mendengarkan cerita tentang semut-semut itu, " jawab Ferdi sambil menunjuk semut-semut merah. "Hei, bukan begitu Fer. Kalau kamu belum paham sebuah soal matematika, cobalah kita pecahkan bersama. Siapa tahu di antara kita bisa menjelaskan. Iya kan Den?" kata Adri. "Benar, kata Adri! Kita coba dulu kerjakan soal-soal ini. Kalau di antara kita tidak ada yang paham, besok kita tanyakan lagi ke pak guru. Gimana? Usul Deni membenarkan Adri. "Ah, bosan ah! Aku sudah putus asa!" kata Ferdi tetap pada pendiriannya.
"Hei, Fer! Coba perhatikan lagi semut-semut merah itu! Walau pun mereka kecil dan membutuhkan waktu yang lama untuk merayap sampai puncak pohon, tetapi mereka tidak pernah berputus asa. Mereka tetap melangkah sedikit demi sedikit hingga mencapai tujuannya. Lihatlah! Mereka tetap saja gembira dan bersalaman saat bertemu, walaupun perjalanan mereka amat melelahkan. Apakah kita tidak bisa mengambil pelajaran dari itu semua. Semut-semut yang kecil saja tidak pernah patah semangat, lalu kenapa kita yang diberi akal sempurna justru menjadi putus asa?" kata Adri kemudian.
Mendengar penjelasan kawannya itu, Ferdi pun tertunduk malu. "Iya. Benar juga kata-katamu, Dri. Aku jadi malu dengan semut-semut merah itu. Oke deh! Sekarang kita belajar matematika sampai kita bisa mengerjakannya. Aku nggak akan merasa bosan dan putus asa lagi," kata Ferdi penuh semangat. Ketiganya lalu mulai belajar di bawah pohon beringin yang rindang itu. Sesekali canda dan tawa terdengar di antara kepenatan mereka memahami soal-soal matematika. Mereka tidak pernah putus asa, hingga akhirnya semua soal dapat dikerjakannya dengan baik dan benar. Tak lupa mereka pun bersyukur kepada Allah, karena telah memberikan pelajaran yang amat berharga dari makhluk hidup yang kecil seperti semut-semut merah.

diposting oleh anggota gas cirebon